Prinsip/teori
dasar percobaan
Titrimetri
merupakan suatu cara analisis jumlah yang berdasarkan pengukuran volume larutan
yang diketahui kepekatannya secara teliti yang direaksikan dengan larutan
contoh yang akan ditetapkan kadarnya (Harvey 2000). Untuk mengetahui kepekatan
dari larutan tersebut dilakukan proses
standardisasi. Standardisasi larutan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
larutan baku sekunder dengan cara menitrasinya dengan larutan baku primer yang
konsentrasinya dapat langsung diketahui dari berat bahan sangat murni yang
dilarutkan pada volume yang diinginkan (Harjadi 1990). Bahan baku primer harus
memenuhi syarat tertentu, yaitu harus memiliki kemurnian yang tinggi atau mudah
dimurnikan, mudah diperiksa kemurniannya, stabil, memiliki bobot ekuivalen yang
tinggi untuk mengurangi kesalahan dalam penimbangan, dan dalam titrasi akan
bereaksi menurut syarat-syarat reaksi titrasi. Zat yang dapat dibuat sebagai
larutan baku primer adalah asam oksalat, boraks, dan asam benzoat. Larutan baku
sekunder adalah larutan baku yang zat terlarutnya tidak harus zat yang tingkat
kemurniannya tinggi. Larutan baku sekunder dapat digunakan larutan basa atau
asam dari senyawa anorganik misalnya NaOH dan HCl. Larutan baku sekunder ini
umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu (Lutfirachman 2008).
Tujuan
percobaan
Percobaan ini bertujuan membuat
larutan baku primer boraks untuk standardisasi HCl dan larutan baku primer asam
oksalat.untuk standardisasi NaOH.
Prosedur
percobaan
Larutan
baku primer yang dipakai untuk standardisasi NaOH adalah asam oksalat. Asam
oksalat ditimbang sebanyak 0,315 g dua kali. Masing-masing hasil timbangan
dimasukkan ke dalam dua gelas piala kemudian diberi sedikit akuades. Larutan
diaduk sampai larut lalu dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml. Labu takar diisi
akuades sampai tanda tera kemudian dikocok. Larutan asam oksalat diambil
menggunakan pipet volumetrik 10 ml lalu dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
Larutan ini diberi 2-3 tetes indikator fenolftalein lalu dititrasi dengan NaOH
0,1 N. Titrasi dilakukan sebanyak enam ulangan.
Larutan
baku primer yang dipakai untuk standardisasi HCl adalah boraks. Boraks ditimbang sebanyak 0,9550 g dua kali.
Masing-masing hasil timbangan dimasukkan ke dalam dua gelas piala kemudian
diberi sedikit akuades. Larutan diaduk sampai larut lalu dimasukkan ke dalam
labu takar 50 ml. Labu takar diisi akuades sampai tanda tera kemudian dikocok.
Larutan boraks diambil menggunakan pipet volumetrik 10 ml lalu dipindahkan ke
dalam erlenmeyer. Larutan ini diberi 2-3 tetes indikator merah metil lalu
dititrasi dengan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan sebanyak enam ulangan.
.
Hasil
dan perhitungan data
Bobot ekuivalen asam
oksalat (BE) : 63
Nasam oksalat =
x
0.1
=
x
nisbah =
= 0,315 g
nisbah total = 2 ×
0,315 = 0,63 g
Hasil penimbangan asam
oksalat
Penimbangan I : 0,3205 g
Penimbangan II : 0,3155 g
Nisbah total : 0,6360 g
Konsentrasi larutan asam oksalat
Tabel 1 Standardisasi NaOH oleh asam oksalat
Ulangan
|
Volume Asam Oksalat
|
Volume NaOH (ml)
|
[NaOH] N
|
||
(ml)
|
Awal
|
Akhir
|
Terpakai
|
||
1
|
10
|
0.00
|
10.60
|
10.60
|
0.0952
|
2
|
10
|
10.60
|
20.95
|
10.35
|
0.0975
|
3
|
10
|
20.95
|
31.45
|
10.50
|
0.0961
|
4
|
10
|
31.45
|
41.90
|
10.45
|
0.0966
|
5
|
10
|
14.10
|
24.60
|
10.50
|
0.0961
|
6
|
10
|
24.60
|
35.00
|
10.40
|
0.0970
|
|
|
|
Rerata
|
0.0964
|
Ø Reaksi :
2NaOH + C2H2O4 → (COONa)2 + 2H2O
Ø Indikator : Fenolftalein
Ø Perubahan warna : tidak berwarna menjadi merah muda
Ø Contoh perhitungan :
Ulangan I
1)
Mencari
konsentrasi NaOH pada ulangan 1
(N x V)NaOH = (N xV)asam oksalat
NNaOH x 10,6 =
x 10
NNaOH = 0.0952
N
2)
Mencari
rerata NaOH
Nrerata =
= 0.0964 N
Bobot ekuivalen boraks (BE)
: 190,7
Nboraks
=
x
0,1
=
x
nisbah =
= 0,9535 g
nisbah total = 2 × 0,9535 = 1,907 g
Hasil penimbangan boraks
Penimbangan I : 0,9550 g
Penimbangan II : 0,9570 g
Nisbah total : 1,9120 g
Konsentrasi larutan boraks
Tabel 2 Standardisasi HCl oleh boraks
Ulangan
|
Volume Boraks
|
Volume HCl (ml)
|
[HCl] N
|
||
(ml)
|
Awal
|
Akhir
|
Terpakai
|
||
1
|
10
|
14.90
|
25.50
|
10.60
|
0.0946
|
2
|
10
|
25.50
|
36.00
|
10.50
|
0.0955
|
3
|
10
|
0.00
|
10.70
|
10.70
|
0.0937
|
4
|
10
|
10.70
|
21.20
|
10.50
|
0.0955
|
5
|
10
|
0.00
|
10.50
|
10.50
|
0.0955
|
6
|
10
|
10.50
|
21.10
|
10.60
|
0.0946
|
|
|
|
Rerata
|
0.0949
|
Ø Reaksi : 2HCl + Na2B4O7
+ 5H2O → 2NaCl + 4H3BO3
Ø Indikator : Merah metil
Ø Perubahan warna : kuning menjadi merah muda
Ø Contoh perhitungan :
Ulangan I
1)
Mencari
konsentrasi HCl
pada ulangan 1
(N x V)HCl = (N xV)HCl
NHCl x 10,6 =
x 10
NHCl = 0.0946
N
2)
Mencari
rerata HCl
Nrerata =
= 0.0949 N
Pembahasan
Hasil
pH
indikator merupakan larutan asam atau basa yang merupakan penentu keasaman atau
kebasaan suatu larutan. pH indikator telah diketahui rentang pH dan perubahan
warna yang terjadi dengan meningkatnya pH (Underwood 2002). Setiap indikator pH
memiliki trayek pH yang berbeda. Trayek pH harus sesuai dengan titik kesetimbangan
saat titrasi karena setiap titrasi memiliki nilai pH yang berbeda saat mencapai
titik kesetimbangan. Indikator yang baik adalah indikator yang dapat
menunjukkan warna tepat saat titrat dan titran saling menghabiskan..Boraks
merupakan basa lemah sedangkan HCl merupakan asam kuat akan menghasilkan pH di
bawah 7 sehingga digunakan indikator MM (merah metil) sebagai penunjuk dengan trayek
pH 4,2-6,3. Begitu pula dengan NaOH yang merupakan basa kuat distandardisasi
dengan asam oksalat yang merupakan asam lemah akan menghasilkan pH di atas 7
sehingga memakai indikator PP (fenolftalein) dengan traeyk pH 8,3-10 (Jeffery
1989).
Normalitas larutan NaOH dan HCl
setelah distandardisasi memakai asam oksalat dan boraks menjadi tidak sama
dengan yang tertera pada label karena bahan baku sekunder dapat mudah menguap, menarik
uap air dan CO2. Oleh karena itu, NaOH dan HCl merupakan bahan baku
sekunder. Berdasarkan data dari percobaan dan perhitungan didapatkan
konsentrasi dari larutan NaOH dan HCl yang distandardisasi masing-masing sebesar
0.0964
N dan 0.0949 N.
Kesalahan-kesalahan
yang bisa terjadi dalam proses standardisasi adalah terjadi kontaminasi saat
penimbangan bahan baku primer sehingga bobot yang yang tertera pada neraca
tidak sesuai dengan bobot bahan sebenarnya, adanya bahan baku primer yang tidak
ikut terlarut saat pelarutan, kesalahan pengukuran larutan baku primer yang
menyebabkan terjadinya kesalahan pengukuran negatif, dan perubahan warna
indikator menjelang titik kesetimbangan yang biasanya kelebihan.
Simpulan
Standardisasi NaOH dan HCl
menggunakan asam oksalat dan boraks. Asam oksalat dan boraks merupakan larutan
baku primer, sedangkan NaOH dan HCl merupakan larutan baku sekunder. Hasil
percobaan menunjukkan normalitas NaOH dan HCl yang telah distandardisasi tidak
sesuai dengan label yang tertera.
Daftar pustaka
Day
RA & Underwood AL. 2002. Analisis
Kimia Kuantitatif Edisi VI. Jakarta : Erlangga.
Harvey D.
2000. Modern Analytical Chemistry. America : McGraw-Hill Companies,
Inc.
Jeffery GH, Bassett J, Mendham J, Denney
RC. 1989. Textbook of Quantitative Chemical Analysis. New York : John Wiley and Sons Inc.
Lutfirachman.
2009. Standarisasi Larutan Baku. [terhubung berkala].
http://lutfirachman.wordpress.com/2008/05/05/standarisasi-larutan-baku/[10
November 2009].
Terimakasih atas informasinya, sangat membantu
BalasHapus