A. Prinsip/teori
dasar percobaan
Prinsip
dasar dalam rancangan percobaan dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu
pengulangan, pengacakan, dan pengelompokan. Pengulangan adalah presisi yang
diperoleh ketika semua pengukuran dilakukan oleh analis yang sama selama satu
periode kerja laboratorium, menggunakan larutan dan peralatan yang sama (
Harvey). Pengacakan merupakan penerapan pelakuan kepada satuan percobaan
sehingga semua atau setiap satuan percobaan mempunyai peluang yang sama.
Pengacakan berfungsi untuk menjamin penduga tidak bias untuk nilai tengah dan
galat percobaan, menjamin adanya kebebasan antar pengamatan, mengatasi sumber
keragaman yang diketahui namun tidak dapat diduga pengaruhnya ( Steel dan
Torrie 1980). Galat merupakan perbedaan
nilai standar dengan hasil yang didapat dari metode yang baru
(Khokar 2003). Galat dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu galat sistematis atau galat pasti dan galat acak atau galat
tidak pasti. Galat sistematis adalah galat yang tidak mempunyai arah terhadap
nilai yang sebenarnya, sedangkan galat acak adalah galat yang mengarah baik ke
hasil yang tinggi maupun rendah dengan kemungkinan yang sama. Galat acak tidak
dapat ditentukan penyebab pastinya dan tidak dapat dihindarkan jika pengukuran
dilakukan oleh manusia. Untuk meminimalisir adanya galat perlu dilakukan
pengendalian lokal yaitu suatu usaha yang dilakukan pada obyek untuk
memperkecil terjadinya galat (Underwood 2002).
Standardisasi
adalah proses penyusunan hubungan antara jumlah analat terhadap sinyal dari
suatu metode. Standardisasi larutan bertujuan untuk menentukan konsentrasi
larutan baku sekunder dengan cara menitrasinya dengan larutan baku primer yang
konsentrasinya dapat langsung diketahui dari berat bahan sangat murni yang
dilarutkan pada volume yang diinginkan (Harjadi 1990). Larutan baku sekunder
umumnya tidak stabil sehingga perlu distandarisasi ulang setiap minggu. Pada
standarissi HCl menggunakan boraks, yang berperan sebagai larutan baku
primernya adalah boraks, dan yang berperan sebagai larutan baku sekundernya HCl(Wahyudi
2000).
B. Tujuan Percobaan
Percobaan bertujuan menentukan galat
dalam pengambilan contoh analisis.
C. Prosedur Percobaan
Ada tiga percobaan yang dilakukan, yaitu
pengaruh ukuran contoh, galat pengambilan contoh dan standarisasi HCl
menggunakan boraks. Gelas piala berukuran 100 mL, 200 mL, dan 500 mL disiapkan
untuk percobaan pengaruh ukuran contoh. Dua bola kecil dengan warna yang
berbeda dimasukkan ke dalam gelas piala tersebut dengan perbandingan 20:20,
30:30, dan 40:40 untuk masing-masing gelas. Masing-masing populasi diambil 3
butir secara acak untuk setiap mahasiswa. Masing-masing bola dihitung jumlahnya
dan jumlah total dari dua jenis bola tersebut juga dihitung untuk tiap
populasi. Dihitung persentase dari masing-masing jenis bola yang terambil untuk
ketiga populasi. Dihitung pula rerata, simpangan baku, dan simpangan baku
relatif.
Galat
pengambilan contoh diawali dengan standardisasi
HCl dengan boraks. Boraks ditimbang sebesar 0.9535 gram, kemudian dilarutkan
dalam akuades. Larutan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam labu takar,
ditambahkan akuades hingga tanda tera, kemudian dikocok. Larutan boraks 5ml
diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Larutan borak ditambahkan tiga
tetes indikator merah metil, kemudian dititrasi dengan HCl 0.1 M sampai terjadi
perubahan warna. Kemudian, campuran antara kristal boraks dengan NaCl
disediakan dengan perbandingan 1:1 berdasarkan bobot. Contoh tingkat I dibuat
dengan mengambil dua sampel dari campuran tersebut dengan bobot masing-masing
3.8 gram. Selanjutnya, masing-masing sampel tingkat I kemudian dibagi menjadi
dua bagian yang sama, sehingga didapatkan empat bagian yang kira-kira sama yang
disebut sampel tingkat II. Masing-masing sampel tingkat II kemudian dibagi menjadi
dua bagian yang sama, sehingga didapatkan total contoh sekarang menjadi delapan
contoh. Kedelapan contoh ini disebut contoh tingkat III. Sampel tingkat III
kemudian dibagi menjadi dua, sehingga didapat 16 sampel yang disebut tingkat
IV. Sampel tingkat IV ini dilarutkan sehingga menjadi 25ml dan dianalisis
dengan metode titrimetri untuk menentukan berat boraks menggunakan HCl yang
sudah distandarisasi.
D. Hasil dan Perhitungan Data
1.
Tabel Pengaruh Ukuran Contoh
Wadah
|
Populasi
|
Terambil
|
Fraksi
|
Persentase
|
SDR
|
|||||
Jingga
|
Kuning
|
Jingga
|
Kuning
|
Jingga
|
Kuning
|
Jingga
|
Kuning
|
Jingga
|
Kuning
|
|
100ml
|
20
|
20
|
16
|
17
|
0.8
|
0.85
|
80%
|
85%
|
0.151
|
0.127
|
200ml
|
30
|
30
|
14
|
19
|
0.467
|
0.63
|
46.7%
|
63%
|
0.322
|
0.231
|
500ml
|
40
|
40
|
14
|
19
|
0.35
|
0.475
|
36%
|
47.5%
|
0.411
|
0.317
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jingga Kuning
Rerata : 14.666 18.333
SD : 1.154 1.154
Ragam : 1.333 1.333
2. Tabel
Standarisasi HCl menggunakan boraks
Ulangan
|
Vboraks(ml)
|
V
HCl (ml)
|
[HCl]
(N)
|
||
Awal
|
Akhir
|
Terpakai
|
|||
1
|
5
|
3.200
|
8.230
|
5.030
|
0.099
|
2
|
5
|
8.700
|
13.800
|
5.100
|
0.098
|
3
|
5
|
13.800
|
18.770
|
4.970
|
0.100
|
|
|
|
|
|
|
Bobot boraks secara teori : 0.9535 gram
Bobot boraks yang terambil : 0.9535 gram
Normalitas boraks yang dibuat:0.1 N
Rereta :
0.099
Indikator :
Merah metil
Perubahan warna :
kuning menjadi merah muda
Reaksi :
2HCl + Na2B4O7 + 5H2O → 2NaCl + 4H3BO3
Standar deviasi :
1.3013x10^-3
Ketelitian :
98.68%
3. Tabel
Galat Pengambilan Contoh
E.
Pembahasan
Hasil
Larutan
HCl distandarisasi dengan tujuan untuk menentukan konsentrasinya dengan cara
menitrasinya dengan larutan boraks yang konsentrasinya dapat langsung diketahui
dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan pada volume 50ml. Larutan HCl
merupakan larutan standar sekunder yang memiliki konsentrasi mudah berubah,
oleh karena itu standarisasi HCl menggunakan larutan boraks sebagai standar
primer. Larutan boraks digunakan karena memiliki konsentrasi yang tetap dan
stabil dalam penyimpanannya. Selain itu boraks merupakan basa lemah yang mampu
bereaksi dengan HCl(Harizul 2002).
Ragam
merupakan salah satu ukuran dispersi yang dapat menggambarkan memisahnya suatu
data kuantitatif. Ragam dari pengambilan contoh dari tiap populasi sama, yaitu
untuk jingga maupun kuning sebesar 1.333. Keragaman yang sama ini disebabkan
ukuran tiap sampelnya sama walaupun ukuran wadah yang digunakan berbeda.
Semakin kecil ragam suatu populasi, semakin dipercaya keakuratannya karena
nilainya tidak terlalu besar. Ragam yang besar menunjukkan hasilnya beragam dan
keakuratannya akan dipertanyakan (Anonim 2008).
untuk kedepannya sertakan daftar pustaka dalam pembuatan laporan
BalasHapus