Pendahuluan
Edible film merupakan salah satu
polimer yang bersifat biodegradabel. Sifat ini membuat edible film banyak
digunakan sebagai pengemas. Keuntungan edible film antara lain dapat
dikonsumsi langsung bersama produk yang dikemas, tidak mencemari lingkungan,
memperbaiki sifat organoleptik produk yang dikemas, berfungsi sebagai sumplemen
penambah nutrisi, sebagai flavor, pewarna, zat antimikroba, dan antioksidan
(Murdianto, 2005). Bahan dasar
pembuatan edible film dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu
hidrokoloid (protein dan polisakarida), lipid, (asam lemak dan wax) dan
campuran (hidrokoloid dan lemak) (Garnida 2006). Edible film bersifat rapuh,
mudah patah dan tidak lentur. Kondisi tersebut dapat diatasi dengan penambahkan
plasticizer antara lain dengan menurunkan gaya intermolekuler sepanjang rantai
polimer penyusunnya. Plasticizer yang biasa digunakan adalah monosakarida (glukosa),
disakarida (sukrosa), oligosakarida, poliols (gliserol, sorbitol, polyetilen
glikol) dan lemak serta turunannya. (Krisna 2011)
Laju transmisi uap air (Water Vapor
Transmission Rate/WVTR) adalah jumlah uap air yang melalui suatu permukaan
persatuan luas atau slope jumlah uap air dibagi luas area. Edible film dengan
bahan dasar polisakarida umumnya sifat barrier terhadap uap airnya rendah. Film
hidrofilik seringkali memperlihatkan hubungan-hubungan positif antara ketebalan
dan permeabilitas uap air. Nilai laju transmisi uap air suatu bahan dipengaruhi
oleh struktur bahan pembentuk dan konsentrasi plasticizer. (Liu and Han, 2005).
Percobaan ini bertujuan membuat edible film dari tepung singkong terplatisasi
gliserol dan menganalisis permeabilitas uap airnya.
Pembahasan
Edible film merupakan sebuah lapisan tipis
(film) yang dibentuk dari bahan yang dapat dikonsumsi manusia (edible),
berfungsi untuk menghambat transfer massa (kelembaban, oksigen, karbondioksida,
aroma, lipid dan zat terlarut lainnya), melindungi makanan dan dari invasi uap
air dan oksigen, mencegah kehilangan air dalam makanan, serta bersifat ramah
lingkungan. Edible film banyak dibuat dari golongan pati, dalam percobaan ini
digunakan pati singkong sebagai bahan baku pembuatan edible film. Langkah
pertama yang dilakukan adalah melarutkan pati dalam 30 ml akuades. Larutan diaduk
sambil dipanaskan pada suhu 50C selama 20 menit. Tujuan pemanasan adalah untuk
mempermudah kelarutannya. Langkah selanjutnya ke dalam campuran tersebut
ditambahkan gliserol. Hal ini dikarenakan film dari bahan baku karbohidrat
bersifat rapuh. Penambahan gliserol diharapkan dapat meningkatkan fleksibilitas
serta elastisitas film, atau sebagai plasticizer.
Gliserol sebagai plasticizer berperan
dalam memperbaiki sifat-sifat edible film dengan cara menginterupsi interaksi
antar rantai polimer, menghalangi terjadinya interaksi antara molekul dan meningkatkan
jumlah molekul yang bebas, serta melemahkan kekuatan ikatan intermolekuler pada
rantai polimer yang ada diseberangnya. Penambahan gliserol disertai dengan
pemanasan pada suhu 70C dan pengadukan menggunakan magnetik stirer untuk
menghilangkan pelarut dan membuat larutan lebih homogen. Film yang telah
dicetak dalam pelat kaca dimasukkan ke dalam oven untuk menghilangkan kadar air
dalam film. Edible film yang diperoleh dalam percobaan berupa lapisan tipis
tidak berwarna(transparan).
Laju transmisi uap air (WVTR) pada
edible film dihitung dengan membandingkan bobot air yang hilang terhadap waktu
uji dan luas area film. Hasil percobaan (lampiran 1) menunjukkan bobot sampel
yang berkurang setelah dipanaskan dalam oven. Hal ini menunjukkan terjadinya
proses transmisi, namun jumlah bobot yang hilang cenderung kecil, diduga karena
adanya edible film yang mampu menahan laju transmisi uap air. Rata-rata laju
transmisi uap air (WVTR) dalam percobaan ini adalah 0.7630 gsm (lampiran 1). Laju
transmisi uap air suatu bahan dipengaruhi oleh sifat kimia dan struktur bahan
pembentuk, konsentrasi plasticizer dan kondisi lingkungan seperti kelembaban
dan temperatur.
Migrasi uap air umumnya terjadi pada
bagian film yang hidrofilik. Rasio antara bagian yang hidrofilik dan hidrofobik
komponen film akan mempengaruhi nilai laju transmisi uap air film tersebut.
Semakin besar hidrofobisitas film, maka nilai laju transmisi uap air film
tersebut akan semakin turun. Sehingga dapat disimpulkan juga, semakin besar
hidrofilisitas film, maka nilai laju transmisi uap air film tersebut akan
semakin naik. Semakin lama sampel diletakkan dalam oven, maka edible film
mengalami proses kejenuhan dengan uap air sehingga jumlah uap air yang diserap
dari lingkungannya semakin menurun. Hal ini dapat dilihat dari penurunan jumlah
massa uap air yang berpindah melewati edible film pada grafik (lampiran 2).
Gliserol yang digunakan sebagai pemlastis menyebabkan peningkatkan
fleksibilitas, sensitifitas terhadap uap air (Bergo dan
Sobral 2007)
Nilai laju transmisi uap air menentukan
permeabilitas uap air edible film. Permeabilitas uap air atau water vapor
permeability (WVP) adalah kemampuan dari film untuk menahan laju uap air yang
menembusnya. Permeabilitas film dipengaruhi oleh beda konsentrasi antara satu
sisi dengan sisi yang lain. Semakin besar beda konsentrasi maka transfer massa yang
terjadi semakin cepat. Permeabilitas juga dipengaruhi oleh tebal dari film. Semakin
tinggi konsentrasi padatan terlarut, maka ketebalan film akan meningkat
sehingga kemampuan edible film menahan uap air yang hilang semakin meningkat
(Krisna, 2011). Rata-rata permeabilitas uap air yang dihasilkan pada percobaan
adalah 1.6022x10^-8 gsmPa(lampiran 1). Edible film sebagai pengemas, digunakan untuk
menahan migrasi uap air, maka permeabilitasnya terhadap uap air harus serendah
mungkin.
Simpulan
Edible film dapat dibuat dari tepung singkong. Pengamatan
terhadap sifat permeabilitas uap air dapat digunakan sebagai indikasi kualitas
edible film yang dihasilkan. Penambahan gliserol sebagai plasticizer
meningkatkan fleksibilitas dan elastisitas film, serta menaikkan nilai
permeabilitas uap air. Rarata permeabilitas uap air yang diperoleh cukup
rendah. Semakin rendah permeabilitas suatu edible film terhadap uap air semakin
bagus untuk digunakan sebagai pengemas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar