Teori Dasar Percobaan
1. Penentuan Susunan Campuran NaOH-Na2CO3
Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan
kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui
konsentrasinya. Titrasi dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di
dalam proses titrasi, sebagai contoh jika melibatkan reaksi asam basa maka
disebut sebagai titrasi asam basa. Salah satu metode kimia analisa kuantitatif
yang didasarkan pada prinsip titrasi asam-basa ini disebut
asidimetri-alkalimetri. Namun, karena membingungkan, asidimetri-alkalimetri
sebaiknya diartikan umum saja, yakni titrasi yang menyangkut asam dan basa
(Harjadi 1986). Asidimetri-alkalimetri ini digunakan dalam perhitungan untuk
menentukan kadar suatu zat berdasarkan perhitungan volume dengan larutan standar
yang telah diketahui kadarnya dengan tepat (analisis volumetri) (Anonim 2000).
Asidimetri-alkalimetri merupakan titrimetri yang
melibatkan asam atau basa kuat sebagai titran. Titran yang umum digunakan
adalah HCl dan NaOH, sedangkan titrat bisa merupakan asam (lemah, kuat,
mono/polivalen), basa (lemah, kuat), garam (normal, asam), campuran asam,
maupun campuran garam. Titik akhir titrasi ditentukan dengan menggunakan
indikator pH, yaitu indikator yang berubah warna bila pH lingkungannya berubah. Indikator pH yang
tepat ialah indikator yang mempunyai trayek pH yang mencakup pH titik ekuivalen
(TE) dan masih memotong daerah curam kurva titrasi.
Penentuan susunan campuran NaOH-Na2CO3
pada percobaan ini, diawali dengan standardisasi HCl. Standardisasi adalah
suatu usaha untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku
(Harjadi 1986). Standardisasi dilakukan dengan cara titrasi. Standardisasi
secara titrasi ini menggunakan bahan pestandardisasian yaitu suatu bahan baku
primer yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan
sangat murni yang dilarutkan. Larutan yang dibuat dari bahan baku primer
dinamakan larutan baku primer. Larutan baku primer yang biasa digunakan adalah
boraks (Na2B4O7.10H2O)
untuk asam kuat dan asam oksalat kristal (COOH)2.2H2O
untuk basa kuat (Harvey 2000).
2. Penentuan Kadar Larutan NH4Cl dengan Cara
Kjeldahl
Penerapan cara asidimetri-alkalimetri yang paling
jelas yaitu dalam penentuan zat-zat organik, anorganik, dan biologis yang tak
terbilang jumlahnya, baik yang bersifat asam atau basa. Selain itu, yang tak
kalah penting adalah penentuan yang didahului reaksi mengubah zat yang
dianalisis menjadi asam atau basa yang kemudian dititrasi dengan basa atau asam
baku (titrasi tak langsung). Beberapa unsur penting dalam organik dan biologis
dapat ditentukan secara tidak langsung dengan titrasi asam-basa. Umumnya,
unsur-unsur ini non metal. Salah satu contoh penting adalah penentuan unsur
nitrogen dengan cara Kjeldahl. Analisis Kjeldahl adalah suatu metode titrimetri
asam-basa untuk menentukan jumlah nitrogen pada senyawa organik. Cara ini
terutama penting untuk penentuan kadar protein dan merupakan cara baku untuk
biji-bijian, daging, dan bahan biologis lainnya.
Dasar penentuan unsur nitrogen dengan cara Kjeldahl
ini yaitu, tahap pertama, bahan dioksidasi menjadi asam sulfat pekat panas
sehingga hancur (tahap digestion).
Tahap kedua yaitu destilasi, larutan ditambah basa kuat sehingga bereaksi, lalu
didestilasi. Hasil destilasi ditampung dalam HCl baku dan dititrasi dengan NaOH
baku untuk menentukan kelebihan asam. Menurut modifikasi Winkler, NH3
(destilat) ditangkap dalam larutan asam borat yang tidak perlu diukur tepat
jumlahnya. Garam amonium borat yang terbentuk inilah yang kemudian dititrasi
dengan HCl baku (Harjadi 1986).
Tujuan
Percobaan
Percobaan
ini bertujuan untuk menentukan susunan campuran NaOH-Na2CO3
dalam suatu larutan campuran dan menentukan kadar larutan NH4Cl
dengan cara Kjeldahl.
Prosedur Percobaan
1. Penentuan Susunan Campuran NaOH-Na2CO3
Preparasi bahan baku primer boraks (Na2B4O7);
boraks sebanyak 0,953425 g ditimbang untuk membuat larutannya dengan
konsentrasi 0,1000 N dan volume 50 ml yang akan digunakan dalam
menstandardisasi HCl. Boraks yang telah ditimbang, dimasukkan ke dalam labu
takar 50 ml dan ditera dengan akuades. Standardisasi HCl; 10 ml larutan baku
primer boraks diambil dengan pipet volumetrik dan di masukkan ke dalam
erlenmeyer, lalu ditambahkan 3 tetes indikator merah metil dan dititrasi dengan
HCl. Titik akhir tercapai bila warna berubah dari kuning ke merah. Titrasi
dilakukan 3 kali (triplo). Penentuan susunan campuran NaOH-Na2CO3;
10 ml larutan campuran NaOH-Na2CO3 dititrasi dengan HCl (menggunakan
indikator fenolftalein) sampai warna tepat hilang, pemakaian HCl dicatat.
Larutan campuran tersebut ditambah indikator jingga metil dan titrasi
dilanjutkan sampai warna jingga, tambahan HCl yang diperlukan dicatat, dan
titrasi dilakukan 3 kali (triplo).
2. Penentuan Kadar Larutan NH4Cl dengan Cara
Kjeldahl
Penentuan kadar larutan NH4Cl; 10 ml
larutan contoh NH4Cl dan 200 ml air destilata, dimasukkan ke dalam
tabung untuk alat destilasi Kjeldahl. Alat destilasi Kjeldahl tersebut diuji
dengan larutan blangko sebelum digunakan untuk destilasi pada larutan contoh NH4Cl.
Lalu, erlenmeyer diisi dengan 25 ml asam borat 4% dan 5 tetes merah metil.
Larutan pada tabung ditambah 10 ml NaOH, kemudian dilakukan destilasi pada
larutan tersebut. Ujung pipa penyalur destilat dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang berisi asam borat yang telah ditetesi indikator merah metil. Destilasi dilakukan
selama 5 menit. Kemudian, larutan dalam erlenmeyer (NH4BO2)
dititrasi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.
Hasil Percobaan
A.
Standardisasi HCl oleh Boraks (Na2B4O7)
Hasil
penimbangan Boraks : 0,9535 gram
Bobot
ekuivalen Boraks (BE) : 191 g/mol
Normalitas
Boraks :
Tabel 1 Hasil
Titrasi HCl oleh Na2B4O7
Ulangan
|
V. Na2B4O7
(ml)
|
V. HCl
(ml)
|
[HCl]
(N)
|
||
Awal
|
Akhir
|
Terpakai
|
|||
1
|
10,00
|
10,00
|
20,50
|
10,50
|
0,0950
|
2
|
10,00
|
0,00
|
10,35
|
10,35
|
0,0964
|
3
|
10,00
|
20,00
|
30,35
|
10,35
|
0,0964
|
Rerata
|
10,40
|
0,0959
|
Indikator yang
digunakan : merah metil (MM)
Perubahan
warna : dari kuning (basa) ke merah (asam)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.gif)
Contoh perhitungan :
Ulangan 1
Vboraks . Nboraks = VHCl . NHCl
= 99,16 %
B. Penentuan
Susunan Campuran NaOH-Na2CO3
Tabel 2
Titrasi Larutan Campuran NaOH-Na2CO3 oleh HCl 0,0959
N
Ulangan
|
Volume HCl (ml)
|
Konsentrasi NaOH
(g/L)
|
Konsentrasi Na2CO3
(g/L)
|
|
Volume Terpakai
(PP)
|
Volume Terpakai
(JM)
|
|||
1
|
11,60
|
6,75
|
1,8605
|
6,8616
|
2
|
11,10
|
6,40
|
1,8029
|
6,5059
|
3
|
10,60
|
6,70
|
1,4960
|
6,8108
|
Rerata 11,10 6,62
|
1,7198
|
6,7261
|
1.
Indikator yang
digunakan : fenolftalein (PP)
Perubahan
warna : dari merah muda ke tak berwarna
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image009.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image030.gif)
2. Indikator
yang digunakan : jingga metil (JM)
Perubahan warna : dari kuning ke jingga
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image031.gif)
Contoh Perhitungan :
Ulangan 1
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhfzbQNzxCHM1DD6RCvO4u06XrHCZc3Yp1SDzLPWcybJbwYUs-G_aAMvAfQirWYbmHyjEuLIwcspQp2uLLcpMxb0GfKGCo0X3LS32Rc9Vc3sxe3wI1wDF68ruM4YrQzWnhgqPeAUQeHkF1k/s320/kadar+naoh.png)
Tabel 3
Titrasi Larutan Penampung oleh HCl dengan Indikator Merah Metil
Volume HCl (ml)
|
Kadar N
(g/L)
|
|||
Awal
|
Akhir
|
Terpakai
|
||
Blangko
|
0,00
|
0,05
|
0,05
|
|
Sampel 1
|
20,00
|
30,20
|
10,20
|
1,3627
|
Sampel 2
|
0,00
|
11,20
|
10,20
|
1,3627
|
Sampel 3
|
0,00
|
9,80
|
9,80
|
1,3090
|
Rerata
|
1,3448
|
Persamaan reaksi :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image052.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image053.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image054.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image055.gif)
Indikator yang digunakan : merah metil (MM)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image056.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image057.gif)
Contoh Perhitungan :
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiLih_kVb_wveJonrLyXDog9lSC_pDGGp3IT7B_wMawSYHkp48gL7N9LeDDQxV8Bl1I6zZM2UA1uD5R1FibuSQOx1rADqZS96A7gm2uVWHHc3HmnDVvcTimT-7oL0mGOiaskWWw-pxzjOo/s320/kadarn.png)
1. Penentuan Susunan Campuran NaOH-Na2CO3
Percobaan
ini adalah menentukan susunan atau kadar campuran NaOH-Na2CO3
dengan cara titrasi asam-basa. Larutan NaOH-Na2CO3 ini
dititrasi dengan HCl yang telah distandardisasi dengan larutan boraks. HCl
harus distandardisasi terlebih dahulu karena HCl bukan standar baku primer (standar baku sekunder) yang
konsentrasinya belum diketahui secara pasti. Sebagai contoh, jika kita
melarutkan HCl pekat dengan air, maka reaksi yang terjadi adalah eksotermis
(menghasilkan panas), sehingga kita tidak bisa melarutkan tepat 100 ml karena
labu ukur yang kita pakai akan memuai dan volume labu ukur akan lebih dari 100
ml. Volume labu ukur yang tidak sesuai
dengan volume sesungguhnya tersebut akan mempengaruhi konsentrasi larutan
menjadi tidak tepat. Standardisasi HCl ini memakai indikator merah metil (MM).
Merah metil mempunyai trayek pH antara 4,2 dan 6,2. Trayek pH antara 4,2 dan
6,2 ini sangat cocok untuk standardisasi HCl yang bersifat asam.
Boraks
(Na2B4O7)
merupakan standar baku primer yang digunakan dalam standardisasi HCl ini
memiliki kemurnian 100%, bersifat stabil pada suhu kamar, mudah didapatkan, dan
memiliki berat molekul yang tinggi (untuk menghindari kesalahan relatif pada
saat menimbang). Titrasi HCl oleh Na2B4O7
dilakukan tiga kali ulangan (triplo), diperoleh konsentrasi rata-rata dari
ketiga ulangan tersebut yaitu 0,0959 N. Titrasi larutan NaOH-Na2CO3
oleh HCl menggunakan indikator fenolftalein dan jingga metil. Titrasi ini
melibatkan tiga persamaan reaksi :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image068.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image030.gif)
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image069.gif)
Reaksi (1) telah selesai pada waktu reaksi (2)
terjadi. Titik akhir untuk reaksi (2) ditunjukkan dengan indikator fenolftalein,
karena trayek pH larutan NaHCO3 terletak di sekitar pH = 8. Titik akhir reaksi untuk reaksi (3)
ditunjukkan dengan indikator jingga metil, karena trayek pH larutan H2CO3
berada
pada pH 4-5 (Harjadi 1986).
Volume
rata-rata HCl (3 kali ulangan) yang didapat dari hasil titrasi larutan NaOH-Na2CO3
dengan indikator PP adalah 11,10 ml dan volume
rata-rata HCl (3 kali ulangan) yang didapat dari hasil titrasi larutan NaOH-Na2CO3
dengan indikator JM adalah 6,62 ml. Volume HCl dengan
indikator PP lebih besar dari volume HCl dengan indikator JM karena pada saat
penggunaan indikator PP melibatkan dua reaksi yaitu reaksi antara HCl dengan
NaOH dan reaksi antara HCl dengan Na2CO3. Volume HCl
dengan indikator JM lebih kecil karena hanya melibatkan satu reaksi yaitu
reaksi antara HCl dengan NaHCO3.
Perhitungan
kadar NaOH, volume NaOH yang digunakan adalah VPP - VJM,
maka didapat kadar NaOH dalam campuran dari tiga ulangan adalah 1,8605 g/L, 1,8029 g/L, dan 1,4960 g/L. Perhitungan kadar
Na2CO3, volume Na2CO3 yang
digunakan adalah 2 VJM, maka didapat kadar Na2CO3 dalam
campuran dari tiga ulangan adalah 6,8616 g/L, 6,5059 g/L, dan 6,8108 g/L. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kadar Na2CO3 dalam campuran NaOH-Na2CO3
lebih besar tiga kali lipat daripada kadar NaOH. Ketelitian yang didapat pada
percobaan cukup tinggi yaitu 88,61 % dan 97,14 %. Namun, banyak kendala yang
dihadapi praktikan dalam percobaan. Salah satunya adalah kesulitan dalam
menentukan titik akhir titrasi.
2. Penentuan Kadar Larutan NH4Cl dengan Cara
Kjeldahl
Penentuan kadar N pada larutan NH4Cl pada
percobaan ini menggunakan cara Kjeldahl. Cara ini terbagi dalam tiga urutan
kerja, yaitu digesti, destilasi, dan titrasi. Akan tetapi pada percobaan ini,
tahap digesti tidak dilakukan, sehingga langsung pada tahap destilasi.
Destilasi dilakukan menggunakan alat Kjeldahl. Larutan NH4Cl
direaksikan dengan NaOH sebelum didestilasi sehingga menghasilkan NH4OH
dengan persamaan reaksi :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image070.gif)
dan reaksi pada saat destilasi yaitu :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image053.gif)
Berdasarkan reaksi tersebut dapat diketahui bahwa
selama destilasi, akan terbentuk NH3. NH3 tersebut diikat
dengan cara menyalurkan uapnya ke dalam erlenmeyer berisi asam borat yang telah
ditetesi indikator merah metil, sehingga terjadi reaksi :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image071.gif)
Fungsi indikator
merah metil tersebut adalah sebagai tanda bahwa NH3 telah bereaksi
dengan HBO2 menjadi NH4BO2. Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan pada erlenmeyer dari merah menjadi
kuning.
Destilat (NH4BO2)
kemudian dititrasi dengan HCl untuk menghitung kadar N berdasarkan persamaan
reaksi :
![](file:///C:\Users\Wahari\AppData\Local\Temp\msohtmlclip1\01\clip_image072.gif)
Reaksi tersebut
ditunjukkan dengan berubahnya warna larutan dari kuning menjadi merah.
Indikator yang digunakan adalah merah metil (MM). Akan tetapi, hasil titrasi
menunjukkan adanya perbedaan antara warna larutan sampel dengan warna larutan
blangko. Hal ini terjadi karena sampel yang dipakai telah terkontaminasi
zat-zat pengotor yang lain.
Perhitungan
kadar nitrogen dari tiga sampel didapat masing-masing yaitu 1,3627 g/L, 1,3627
g/L, dan 1,3090 g/L. Ketelitian yang didapat
pada percobaan cukup tinggi yaitu 97,69 %. Penjelasan di atas juga menyebutkan
bahwa NH3 diikat oleh asam borat. Percobaan dengan cara Kjeldahl
yang sebenarnya, NH3 diikat oleh HCl yang kemudian dititrasi dengan
NaOH. Namun, dalam modifikasi Winkler, NH3 ditangkap dalam larutan
asam borat yang tidak perlu diukur tepat jumlahnya, dan dititrasi dengan HCl.
Simpulan
Berdasarkan hasil yang didapat dari dua
percobaan, praktikan dapat menentukan susunan campuran NaOH-Na2CO3
dalam suatu larutan campuran dan menentukan kadar larutan NH4Cl
dengan cara Kjeldahl. Hal itu terbukti dengan ketelitian hasil perhitungan yang
didapat cukup tinggi yaitu mendekati 100 %. Secara umum, dapat disimpulkan
bahwa percobaan yang dilakukan praktikan adalah berhasil.
Daftar Pustaka
[Anonim]. 2000. Analisis Kuantitatif. [terhubung
berkala]. http://igbondan.files.wordpress.com. (12
Desember
2009).
Harjadi
W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar.
Jakarta : Gramedia.
Harvey
D. 2000. Modern Analytical Chemistry.
Singapore : The McGraw-Hill Companies.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar